POTENSI PENCEMARAN
LIMBAH PABRIK PEWARNAAN PAKAIAN JEANS KAWASAN PERUMAHAN JL.LADANG di ALIRAN SUNGAI
DELI
OLEH:
RIO FENTARIA S
110302048
MANAJEMEN SUMBEDAYA PERAIRAN
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan hidup semakin lama
semakin berkembang mengikuti zaman yang terus semakin maju. Salah satunya dalam
hal berpakaian, dengan semakin majunya zaman serta teknologi yang digunakan
dalam pembuatan pakaian maka tidak dapat dihindari bahwa dampak negatif dari
pembuatan pakaian tersebut juga semakin buruk. Blue Jeans telah ada sejak tahun
1870-an, dan sejak datang untuk menjadi seperti Amerika sebagai pie apel.
Penemuan seorang pedagang kaya bernama Levi Strauss yang telah menjual pasokan
ke penambang selama Gold Rush California, celana jeans biru telah
mempertahankan gaya asli, dan sebagai populer seperti biasa. Salah satu pabrik
yang telah saya survei secara langsung dan menggunakan metode wawancara untuk
mendapatkan informasi berlokasi di Jl. LADANG, DELI TUA-MEDAN kecamatan deli
tua bersebelahan dengan gang Perdamaian, lokasi ini merupakan
kawasan pabrik terpadu dan tidak hanya terdiri dari satu yang pabrik yang
membuang langsung air limbah sisa pengolahan mereka, namun disini saya akan
membahas tentang limbah yang di hasilkan oleh pabrik pembuatan jeans karena hal
ini merupakan salah satu yang paling erat kaitannya dengan pakaian yang kita
kenakan sehari-hari. Pabrik tersebut membuang limbah cair
kesaluran paret-paret kecil yang menuju anak sungai DELI. Limbah yang
diakibatkan oleh pabrik tersebut berdampak pada perairan sehingga mengubah
warna menjadi biru. Saya sangat ingin tahu tentang kebenaran yang telah saya
lihat, namun tidak satupun dari warga yang mau banyak angkat bicara tentang
aktivitas yang dilakukan oleh pabrik tersebut. Berikut adalah gambar lokasi
pabrik:
Gambar 1. Lokasi
Pabrik
ISI
Kurang berjalannya system IPAL yang ada saat ini menuntut adanya
perbaikan dan perencanaan ulang kembali untuk lebih meminimalisir polutan
pencemar yang dihasilkan ke perairan setempat. Selain itu, pemakaian batubara
dapat menambah kegunaannya selain sebagai bahan bakar boiler dalam
proses pewarnaan. Oleh karena itu, adanya penelitian kembali mengenai efektifitas
penggunaan batubara sebagai media adsorpsi bagi limbah cair hasil pewarnaan
jeans diharapkan dapat mengurangi kadar pencemar effluent yang dihasilkan
sehingga sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah Cair.
Industri pewarnaan jeans menghasilkan limbah
cair, padat dan gas yang belum dikelola sehingga menyebabkan dampak ke
masyarakat. Hasil analisis air limbah yang menunjukkan bahwa air limbah dari
industri ini belum diolah. Kondisi air sumur penduduk yang kandungan Cr
melebihi baku mutu membuktikan bahwa limbah yang dihasilkan oleh industri
berdampak ke lingkungan sekitar. Untuk itu perlu pengelolaan lingkungan
industri pewarnaan jean dengan analisa SWOT didapat strategi WT dengan strategi
pengelolaan lingkungan pada proses dan limbah sehingga tidak menimbulkan dampak
ke masyarakat dari sisi pengusaha dengan adanya (a) komitmen, (b) kebijakan
Lingkungan serta (c) dukungan dari stake holder yang ada dan sisi teknis dengan
pengolahan limbah yang dihasilkan oleh industri baik limbah padat, cair dan gas (sajidin, 2010).
Hasil dari survei saya juga membuktikan bahwa perairan akibat limbah cair
tersebut berubah menjadi biru, dimana sangat tidak memungkinkan bagi mahluk
hidup untuk bertahan diperairan tersebut karena menurut iinparlina (2012), Salah satu penyebab
berbahayanya limbah cair tekstil adalah colouring agent yang digunakan
dalam proses pewarnaan yang biasanya mengandung berbagai senyawa logam berat
dan senyawa sintesis yang sulit terurai di lingkungan bahkan oleh bakteri
pengurai natural yang ada, hal ini terjadi karena limbah cair tekstil memiliki
toksisitas yang mampu menghentikan aktifitas bakteri bahkan hingga membuatnya
mati.
Gambar 2. Saluran Pembuangan Limbah
Terlihat sekitar periran tidak ada pertumbuhan maupun pergerakan
organism perairan melainkan hanya lumut hijau, dan itu semua merupakan dampak
yang dapat kita lihat secara langsung.
Setelah dibuang kedalam aliran parit
kecil tersebut maka perairan yang tercemar tersebut akan mengalir menuju anak
sungai deli, yang menurut pengamatan saya jumlah air limbah pewarnan jeans
tersebut masih dapat dinetralisir oleh perairan sungai yang mengalir deras dan
tergolong limbah ringan bagi perairan yang luas seperti sungai. Namun jika masalah
ini terjadi secara berkelanjutan akan mengakibatkan penumpukan bahan logam
berat dan bahan sintetis akan menumpuk sedikit demi sedikit hingga pada
akhirnya akan mengakibatkan dampak butuk bagi sungai DELI tersebut.
Gambar 3. Aliran Parit Menuju Anak Sungai
Namun menurut iinparlina (2012), Industri jeans adalah salah satu
jenis industri tekstil yang banyak menggunakan pewarna indigo dalam proses
pewarnaanya. Pewarna indigo merupakan jenis bahan pewarna yang sudah lama bahkan
bisa dikatakan yang paling lama yang digunakan dalam industri jeans (denim).
Pewarna jenis ini tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan agen pe-reduksi
(dalam reaksi redoks) seperti NaOH atau Na2S2O4
dalam penggunaannya dalam proses pewarnaan jeans. Setelah proses reduksi, jeans
yang sudah diwarnai dipapar ke udara terbuka dalam rangka proses oksidasi dan
mengembalikan bentuk indigo yang tidak larut dalam air. Sayangnya agen
pereduksi sejenis Na2S2O4 memiliki pengaruh
negative terhadap lingkungan dan kesehatan yang cukup besar sehingga perlu
diupayakan penggantian agen, misalnya dengan menggunakan natrium borohidrida
yang jauh lebih ramah lingkungan, namun agen ini masih sangat jarang digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa bahaya dari limbah cair jeans
tidak hanya ditimbulkan dari pewarnanya itu sendiri tetapi juga dari bahan lain
yang turut serta dalam proses pewarnaan itu sendiri.
Berdasarkan karakteristik limbah cair tekstil
yang sangat kompleks dan tidak mampu diolah secara tunggal dengan mekanisme
biologis sederhana terutama dalam mengakomodasi toksisitas akibat senyawa
indigo dan kandungan bahan organiknya, maka dibutuhkan sebuah sistem yang dapat
mengatasai kedua permasalahan tersebut secara sekaligus hingga tuntas. Karena
permasalahan pengolahan industri tekstil selama ini adalah ketidakmampuan
akomodasi keinginan untuk dekolorisasi sambil melakukan pengurangan COD. Ketika
menggunakan pengolahan biologis untuk mengurangi kadar COD, terkadang masih
menyisakan permasalahan warna dan begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini diusulkan sebuah sistem kombinasi teknologi antara pengolahan
untuk pengurangan COD dan dekolorisasi (proses pengurangan kepekatan warna).
Bagaimanapun juga limbah tersebut sudah seharusnya di olah terlebih
dahulu sebelum dibuang kelingkungan peraira karena jika tidak lambat laun pasti
merusak lingkungan sungai tersebut. Dimana menurut Agustira (2013), Sungai
memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap mahluk hidup. Dengan perannya,
air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Fungsi
sungai bagi sector pertanian adalag sebagai sarana irigasi bagi lahan
pertaniaan seperti sawah, kebun dan sector pertanian lainnya. Sungai mempunyai
kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun
antropogenik sehingga dibutuhkan pelestarian agar sungai dapat berjalan sesuai
dengan fungsinya.
Gambar 4. Lingkungan Perairan Anak Sungai DELI
PENUTUP
Penggunaan air dan sumber energy lainnya
memiliki intensifitas yang cukup tinggi dalam setiap proses produksinya,
sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkannya sangat melimpah.
Kompleksitas proses produksi dalam industri tekstil menyebabkan limbah cair yang
dikeluarkannya mengandung senyawa organik dengan konsentrasi cukup tinggi serta
berbagai senyawa logam berat yang berbahaya bagi lingkungan dan mengancam
kualitas kesehatan manusia dan habitat dari berbagai organisme lainnya. Selain
itu, proses pewarnaan dalam industri tekstil menghasilkan limbah cair tekstil
dengan kepekatan warna yang tinggi sehingga akan sangat mencolok jika dibuang
ke lingkungan.
Maka dari itu untuk menjaga dan menghindari dampak yang lebih buruk
tersebut marilah kita bersama peduli akan lingkungan dan menjaga kelestarian
lingkungan perairan, terutama dalam pembuatan IPAL yang baik bagi perusahan
yang bergerak dengan menggunakan bahan kimia maupun logam.
Sebelum
membuka usah sekala industri ada baiknya kita melakukan AMDAL agar kita
dapat membandingkan dampak dari usaha yang akan kita laksanakan.
Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Agustira,R., Kemala S.L, Jamilah. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika Air, Dan Debit Sungai Pada
Kawasan Das Padang Akibat Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol.1 No.3.
Iinparlina. 2012. Limbah industri jeans (denim). Pusat Teknologi
Lingkungan BPPT. Bandung.
